Friday, February 13, 2015

paper

7-Eleven Tanjung Priok Sebagai Perubahan Gaya Hidup Pelajar di Daerah Sekitar Tanjung Priok
(Studi kasus 7-Eleven Bugis, Tanjung Priok)
Pengantar
Penulis akan membahas suatau fenomena baru di daerah Bugis Raya, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dimana daerah tersebut terdapat perubahan terhadap kaum pelajar di daerah sekitar termasuk SD, SMP dan SMA/Sederajat. Daerah Bugis Raya ini mulai terdapat gerai 7-Eleven terbaru yang dimana pada saat launching pembukaannya sangat ramai di kunjungi oleh berbagai masyarakat termasuk para pelajar. Ketika munculnya gerai 7-eleven terbaru di daerah Bugis Raya membawa dampak perubahan yang terlihat pada kalangan pejar di daerah sekitar. Maka dari itu hal ini sangat menarik untuk di bahas dalam paper kali ini. 7-Eleven baru ini mulai hadir seiring dengan perkembangan ekonomi yang sangat pesat di Jakarta sehinga membawa dampak yang negatif maupun positif pada masyarakat sekitar khususnya adalah pelajar di daerah sekitar. Pola perubahan yang terjadi di daerah sekitar dan dinamika masyarakatnya yatu seperti pola perekonoman yang semakin ramai di daerah tersebut serta pola berinteraksi para pelajar daerah tersebut.
Sejak keberadaan 7-Elven antusias masyarakat untuk membeli makanan di sevel sangat meningkat apalagi para pelajar pada hari-hari biasa atau hari kerja dan bersekolah kebanyakan pelanggan sevel adalah palajar. Hal ini di karnakan lokasi dari 7-Eleven yang begitu dekat jaraknya dengan berbagai sekolah di daerah Bugis Raya, Tanjung Priok, Jakarta Utara begitu pula banyak sekali anggapan bahwa orang yang membeli makanan dari 7-Eleven adalah “Anak Gaul”.  7-Eleven dengan fasilitasnya sangat menarik para konsumen untuk brbelanja atau bertemu dengan rekan kerja dan kerabatnya di 7-Eleven. Fasilitas dari 7-Eleven di anataranya adalah tersedianya kursi dan meja di halaman serta di dalam 7-eleven itu sendiri, sehingga pengunjung dapat menunggu teman atau seseorang di 7-Eleven sambil makan atau minum. Begitu pula dengan adanya wifi internet gratis sehingga pembeli dapat menikmati internet dengan gratis dan berlama-lama untuk berada di 7-Eleven. Kemudian adanaya ruangan ber-AC atau tidak untuk pengunjung yang sedang merokok serta toilet. Tidak hanya fasilitasnya yang lengkap namun juga pelayanannya yang terbaik dan kesidiaan barang-barang makanan dan minuman yang lengkap membuat pengunjung sangat di manjakan sekali dengan faisilitas dan keberadaan 7-Eleven tersebut.
Di era modern sekarang ini yang mulai pesat dengan berbagai kegiatan pembelajaran sekolah tidak menyurutkan para remaja untuk menambah jarak keintiman dalam komunitasnya. Sehingga mereka akan terus membuat komunitasnya atau menambahkan komunitas mereka dengan menjadikan komunitas mereka sebagai agen atau ruang bersosialisasi sesama temannya. Begitupula komunitas yang terbentuk di 7-eleven ini menjadikan 7-eleven sebagai wadah untuk bereksistensi mereka di sosial.
Untuk memperdalam serta memberikan keyakinan pembaca maka dengan data yang akurat penulis juga tidak lupa melakukan pengamatan secara singkat dengan melakuakn pengamatan baik secara fisik maupun wawancara dengan para pengunjung maupun dengan pekerja di 7-eleven tersebut. Pengunjung sevel yang akan diwawancarai khususnya adalah pelajar remaja yang sedang berkumpul di  7-Eleven Tanjung Priok tersebut. Selain itu berbagai sumber dari internetpun didapatkan sebagai penjelas dari tulisan ini. Tidak hanya data itu saja namun ada foto dari penulis yang konkrit untuk menjelaskan kondisi 7-eleven Tanjung Priok ini.
Penulis membagi dalam beberapa tahapan yaitu terbagi menjadi 6 tahapan. Tahapan yang pertama adalah pengantar yang dimana didalamnya akan menjelaskan gambaran secara umum mengenai maksud dari tulisan ini agar dapat memahami lebih lanjutnya. Kedua yaitu pendeskripsian mengenai 7-eleven mulai dari sejarahnya masuk ke persaingan ekonomi di Indonesia serta perkembangan yang mulai pesat. Begitupula pendeskripsian lokasi 7-Eleven ini yang dimana lokasinya sangatlah strategis dan dilalui oleh berbagai pelajar sekolah mulai dari SD, SMP, SMA atau sederajat. Ketiga, pendeskripsian mengenai 7-eleven Tanjung Priok sendiri khususnya wilayah Bugis Raya, Swasembada, Kebon Bawang, Enim, dan warakas. Keempat, beberapa factor yang mempengaruhi pelajar untuk berkumpul di 7-Eleven. Menjadikan 7-eleven sebagai tempat untuk bereksistensi perkumpulannya dengan berbagai prestise serta perubahan pola konsumsi yang meningkat. Kelima mendeskripisikan bagaimana perubahan dari struktur social terkait dengan pola atau gaya hidup remaja dengan 7-eleven sebagai agen dari perubahan tersebut. Keenam, adalah penutup dari tulisan ini yang dimana di dalamnya akan berisikan tentang argument penulis sebagai kesimpulan dari perubahan social yang terjadi di sekitar wilayah 7-eleven Tanjung Priok.
Sejarah singkat 7-eleven
                7-eleven saat ini sedang menjadi salah satu tempat nogkrong tran di masa kini yang kebanyakan semua didominasi oleh para kaum pelajar remaja. 7-Eleven adalah jaringan ritel kelas dunia yang berasal dari Texas USA, berdiri sejak tahun 1927[1]. Saat ini  7-Eleven memiliki lebih dari 40.000 gerai di berbagai penjuru dunia dan akan terus bertambah. Jepang merupakan negara dengan jumlah gerai terbanyak, yaitu . Indonesia merupakan negara ke-18 yang dimasuki oleh 7-eleven, mulai masuk pada tahun 2009 dan dikelola oleh PT Modern Putra Indonesia melalui sistem waralaba. Ini adalah anak usaha Grup Modern International, yang juga pemilik lisensi Fuji Film. Hal ini karena usaha dari Henri Honoris selaku Presiden Direktur PT Modern Putra Indonesia. Henri berusaha dengan cara mengirim email mengenai permintaanya kepada pihak 7-eleven untuk membuka di Indonesia hingga pada akhirnya kurang lebih 6 tahun barulah persetujuan itu di terima oleh pihak 7-eleven.
Tahun 1991, Southland Corporation yang merupakan pemilik 7-Eleven, sebagian besar sahamnya dijual kepada perusahaan jaringan supermarket Jepang, Ito-Yokado. Southland Corporation lalu diubah namanya menjadi 7-Eleven, Inc pada tahun 1999. Tahun 2005, seluruh saham 7-Eleven, Inc diambil alih Seven & I Holdings Co. sehingga perusahaan ini dimiliki sepenuhnya oleh pihak Jepang. Jumlah gerai 7-Eleven di Jakarta sudah mencapai 182 gerai yang berada di lokasi strategis dan cocok sebagai tempat nongkrong. Gerai pertama 7-eleven adalah di wilayah Bulungan Jakarta Selatan yang merupakan salah satu pusat kegiatan dan nongkrong anak muda Jakarta. Segmen 7-Eleven memang anak muda dan eksekutif muda yang selalu membutuhkan tempat untuk kumpul dan makan.
Kehadiran 7-eleven memberikan warna tersendiri bagi perkembangan industri ritel di Indonesia serta semakin memperketat persaingan di bisnis ritel secara keseluruhan. Konsumen semakin memiliki banyak pilihan dalam berbelanja kebutuhannya, terutama kebutuhan untuk makanan cepat saji yang murah dan tempat untuk nongkrong dan ngumpul yang nyaman dengan lokasi strategis, ditambah dengan akses wi-fi yang cepat semakin menamban kenyamanan pengunjung yang kebanyakan ABG (anak SMA-kuliahan) serta eksekutif muda.
Popularitas 7-Eleven akan terus meningkat di dalam kurun waktu 10 tahun yang akan datang. Hal ini dikarenakan oleh sesuainya konsep toko dengan gaya hidup orang Indonesia, khususnya ibukota Jakarta. Range harga yang tidak terlalu mahal dan tempat yang nyaman menjadi alasan utama masyarakat memilih untuk nongkrong di 7-Eleven ketimbang di mall-mall ibukota. Suasana santai pun menjadi daya tarik tersendiri. Para pelanggan dapat datang dengan sendal jepit dan celana pendek, sementara di mall-mall ibukota orang kerap datang dengan dandanan yang rapih.
Deskripsi lokasi 7-eleven Bugis
7-eleven ini terletak di jalan Gadang I No 13A RT010/02, Kelurahan Sungai Bambu, kecamatan Tanjung Priok,Jakarta Utara. Untuk lebih jelasnya lagi perhatikan gambar peta sevel di bawah ini :
Gambar 1
Peta Lokasi Penelitian
sevel.JPG
petaasli.png







          Sumber : www.maps.google.com
Dari gambar di atas terlihat kestrategisan gerai 7-eleven Tanjung Priok ini. 7-eleven ini berdekatan dengan berbagai sekolah-sekolah mulai dari tingkatan SD, SMP, SMA atau sederajat. Di dearah sekitar terdapat beberapa sekolah dasar mulai dari SDN Kebon Bawang 06, SDN Gadang, SDS Hang Tuah 1, SDS Barunawati dan SDS Strada. Pada tingkat SMP ada beberapa sekolah yang berdekatan yaitu ada SMPN 95, SMPN 55, SMPN 30, SMP Yapenda, SMP Strada, SMP Barunawati, dan SMP Mutiara 1. Sedangkan pada tingkat SMA mulai dari SMA 18, SMA 13, SMK Yapenda, SMK 12, SMK Barunawati dan SMA Yapenda. Begitupula dengan mode transportasinya pun sangat mudah untuk melewati atau menuju ke 7-eleven tersebut. Jika berasal dari jalan bypass atau jalan raya besar, Swasembada dan daerah sekitarnya dapat di lalui dengan menaiki angkot M14 menuju ke terminal, begitu pula sebaliknya dari terminal ke jalan besar bypass. Sedangkan yang berasal dari daerah Warakas, Sungai Bambu, dan sekitarnya dapat di lalui dengan angkot 03A yang berasal dari warakas ke terminal dan bisa juga dengan angkot 02 menuju Ampera serta sebaliknya. Bagi semua para pengunung yang datang dari mana saja dengan mudah turun di depan 7-eleven tersebut karena semua angkot tersebut melewati depan 7-eleven Bugis Tanjung Priok tersebut. Semua angkot yang dilalui dapat dengan cepat menuju kearah 7-eleven tersebut hanya dengan waktu singkat kurang lebih 5-10 menit sudah dapat sampai ke 7-eleven tersebut.
Jadi dapat disimpulkan secara langsung penempatan dari 7-eleven ini sebenarnya di tujukan untuk kalangan remaja khususnya bagi para pelajar yang bertepatan di daerah sekitar tersebut. Serta banyaknya orang yang berlalu-lalang melewati 7-eleven ini sebagai jalur utama untuk masuk ke wilayah kecil seperti Warakas, Sungai Bambu, dan terminal Tanjung Priok. Sehingga lokasi 7-eleven ini sangat strategis dan sangat menguntungkan bagi pihak 7-eleven tersebut dan menarik antuasisme masyarakat sekitarnya. Begitupula gerai pertama yang buka di wilayah sekitaran Tanjung Priok Jakarta Utara.
Gambaran Struktur Sosial Lama dan Komunitas Pelajar
Pada tahun 2012-2013 disekitar gerai 7-eleven Tanjung Priok ini, pergerakan ekonominya yang masih belum terlihat. Bahkan sebelum tahun 2012-2013 terdapat beberapa cafe atau tempat hiburan malam seperti Labam-Ba, Toumotou, dan Pela-pela[2]. Bahkan bangunan yang di tempati 7-eleven sekarang ini adalah dulunya sebagai tempat hiburan malam yang bernama tumoutou. Namun setelah itu ada beberapa kegiatan ormas yang berlebelkan islam yang menutup paksa dari tem,pat hiburan malam tersebut. Pada akhirnya lahan tersebut di bongkar dan dijual kepada pihak 7-eleven tersebut. Kemudian setelah itu barulah 7-eleven dibangun dan dijadikan ruko makanan sekaligus tempat nongkrong pertama yang di baluti dengan prestise. Setelah 7 eleven di bangun kemudian bermunculan tempat makan yang identik dengan ke praktisannya
Tabel 1
Daftar Tabel toko yang baru buka setelah 7-eleven:
Nama Toko
Waktu pembukaan
7-eleven
Desember 2012
La’Roti (took kue)
Februari 2013
Ayam Gandasari
Juni 2013
Ayam Lepas
Oktober 2013
PHD (pizza hut)
Januari 2014
HolanBakery
April 2014
Sumber: penelitian penulis bulan mei-juni 2014
Dari data tersebut dapat terlihat dengan jelas dengan berdirinya gerai 7-eleven baru kini meningkatnya perekonomian dan pesat sehingga semakin merebaknya industri makanan di daerah sekitar. Selain 7-eleven menbah warna dan keramaian jajanan di sekitarv wilayah Tanjung Priok. Sehingga pola konsumsi masyarakat sekitar menambah dan mengalami peningkatan yang signifikan. Faktor ekonomi kapitalis juga menjadi salah satu factor pemicu mengapa banyaknya sekali tempat-tempat baru yang mulai dibuka dan disebut sebgai tempat nongkrong oleh kawula muda di Indonesia. Kapitalisme merupakan sebuah kekuatan besar yang muncul beriringan dengan globalisasi[3]. Sehingga perusahaan-perusahaan kapitalis yang sangat kuat, akan selalu berupaya untuk memperluas ekspansi pasar, bila tidak, perusahaan-perusahaan lambat laun akan mengalami gulung tikar. Terbukti dengan berkembangnya 7-eleven hingga kini mencapai kurang lebih 182 gerai yang tersebar di Jakarta.
Sehingga disini mereka para kaum kapitalis terus menyebarkan segala usahanya supaya memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Begitupula dengan faktor modernisasi yang begitu deras masuk dan mempengaruhi masyarakat Indonesia terutama anak muda yang menjadi salah satu faktor mengapa tempat seperti 7-eleven, begitu di gandrungi[4]. Kehidupan yang kebarat-baratan menjadikan sesuatu yang sangat bernilai bagi mereka yang melakukan serta memberkan identitas yang jelas bagi dirinya. Dengan berkembangnya industri makanan seperti itu membuat pengaruh bagi pola konsumsi masyarakat di sekitarnya, terlebih lagi bagi para pelajar sebagai sasarannya. Biasanya setelah pulang sekolah para pelajar langsung pulang ke rumah mereka masing-masing ada juga yang main ke rumah teman mereka atau berkumpul bersma di warung kopi atau makanan kaki lima. Tapi kini dengan kehadiran 7-eleven para pelajar di daerah sekitar beralih ke tempat makan yang lebih modern dan dilengkapi dengan berbagai kenyamanan  seperti fasilitas yang memuaskan untuk meluangkan waktu mereka.
Banyaknya pengunjung di 7-eleven ini dikarnakan kepraktisan dalam mengkonsumsi makanan yang ada di 7-eleven membuat pengunjung khususunya para remaja yang mulai sekarang pola gaya hidupnya yang serba instan seperti yang ada di luar negeri lainnya. Pada saat melihat 7-eleven ini akan ada nampak yang berbeda dari biasanya yaitu pola gaya hidup mereka atau remaja, yang biasanya hanya berkumpul di salah satu rumah mereka melakukan kegiatan kerja kelompok atau makan di warung-warung kecil yang berada di pinggiran jalan atau pedagang kaki lima sebagai ruang social lain mereka. Kini dengan kehadiran 7-eleven berubah dengan menjadikan 7-eleven sebagai ruang sosial yang baru dengan diberi kenyamanan serta kemudahan dalam mengakses internet secara gratis dan kepraktisan lainnya yang ada di dalamnya. Menurut Macionis, perubahan sosial merupakan transformasi dalam organisasi masyarakat dalam pola berpikir dan dan dalam berperilaku pada waktu tertentu[5].  Perubahan sosial yang terjadi di kota-kota besar saat sekarang ini mulai dari pola berpikir masyarakat yang menganggap bahwa 7-eleven adalah tempat nongkrong yang berkelas dan memiliki nilai lebih sebagai mengetahui status sosialnya.
Gerai 7-eleven di daerah Tanjung Priok sangat memberikan perbedaan yang sangat mencolok mulai dari segi fisik maupun non-fisik. Dari segi fisik 7-eleven tersebut yaitu dengan halaman yang cukup luas untuk lahan parkir dan tempat duduk yang di lengkapi dengan payung teduh dengan warna yang sangat mencolok berlogokan 7-eleven serta baliho besar yang dimana orang yang melewati jalan tersebut akan menarik perhatian dari para pengguna jalan sekitarnya. Papan iklan yang menggambarkan simbol yang sangat mencolok menjadiakan objek keinginan, dan komuditas-komuditas inilah yang ingin di dapatkan masyarakat menurut Baudrillard yang karyanya di tuangkan dalam aliran utama dari teori kritis dari Adorno dan habernas[6]. Sehingga semua hal tersebut menjadi daya tarik bagi pelanggan mereka yang melihat 7-eleven tersebut. 7-eleven ini tidak akan pernah habis pengunjung dan pembeli di malam haripun juga karena jam buka 7-eleven ini beroprasi selama 1X24 jam dalam seminggu sehingga ada saja pembeli yang mamapir walaupun hanya sekedar memebeli air putih sekalipun. Apalagi di hari-hari biasa seperti hari kerja pada siang hari biasanya di ramaikan oleh para pelajar yang berkumpul saat setelah pulang sekolah ataupun komunitas-komunitas kecil lainnya.
7-eleven hadir ditengah keramaian pelajar disekitar sangatlah tepat bagi pelajar seperti mereka karena berguna sebagai media ruang social yang baru sehingga membawa dampak social yang mencolok. Ada beberapa factor yang mendorong pemanfaatan ruang social baru ini[7]. Pertama, dengan adanya faktor modernisasi yang beriringan dengan proses westernisasi membuat para pelajar yang notabennya adalah anak muda yang sebagai aktor social yang sangat mudah terpengaruh dengan dua hal yang masuk dan mengikuti apa saja yang bersifat modern dan kebarat-baratan. Sehingga muncul kategorisasi dikalangan anak remaja yang terbagi menjadi dua yaitu “anak gaul” dan “anak cupu”. Mereka yang kurang up-todate dengan perkembangan sekarang ini. Kehadiran 7-eleven adalah salah satu indikator yang dijadikan ukuran anak gaul atau anak cupu. Dengan adanya indikator ini akhirnya menimbulkan konsep pada dari mereka bahwa dengan nongkrong di 7-eleven menjadi kebutuhan untuk identitas diri mereka sendiri atau komunitasnya.
Kebutuhan akan eksistensi tidak hanya masuk kedalam konsep individu namun berlanjut ke dalam konsep komunitas atau kelompok. Sama halnya dengan desain 7-eleven yang memang dirancang khusus untuk tempatnya berkumpul dan bukan tempatnya untuk berdiam diri seorang. Sehingga membuat sebagian besar adalah mereka yang berkelompok, terutama para pelajar.
7eleven+jkt.jpgGambar 2
Gerai 7-eleven Bugis, Tanjung Priok





Sumber : Dokumentasi Penulis, Mei 2014
Seperti yang sudah dijelaskan 7-eleven tidak akan pernah sepi pengunjung khusushya pada hari biasa atau hari kerja mulai dari hari senin-jum’at hingga dari pagi sampai malampun tidak pernah sepi pengunjung. Sepulang sekolah para pelajar kini mampir ke 7-eleven hanya untuk sekedar ngumpul bersama teman-temannya, serta bertukar pikiran ataupun informasi sambil menikmati pelayan 7-eleven yang telah diberikan. Pada hari-hari biasa pengunjung biasanya didominasi oleh kalangan pelajar dan sebagian pengunjung adalah masyarakat biasa.
Sedikit cuplikan dari wawancara penulis terhadap karyawan gerai 7-eleven tersebut yang sedang bekerja di hari minggu.
“biasanya yah kalo yang paling rame itu Cuma dihari senin-juma’at aja, mulai dari siang pas pulangnya jam sekolah pelajar samapi sore sekitar jam 5-an. Nah yang kebanyakan ngumpul disini sih biasanya ABG dari SMP sekitar sini sama SMA sini deh. Biasanya juga mereka gak Cuma sekedar ngumpul aja tapi juga mereka main kartu, internetan gratis, atau gak sambil makan cemilan aja biasanya. Terkadang disini itu dipakai sama orang-orang yang lagi nunggu temennya gitu.”[8]Adith, 23 tahun, Karyawan 7-eleven Bugis
Dari hasil wawancara di atas ditemukan fakta bahwa kehadiran komunitas di 7-eleven Priok ini berawal dari komunitas biasa di sekolah seperti teman bermain serta kumpul seperti biasa. Mereka semua adalah sekumpulan teman dekat yang memang sudah terbiasa melakukan aktivitas bersama-sama sehingga solidaritas mereka terjaga dengan baik. Solidaritas sosial mereka yang kuat membuat mereka semakin akrab dan terjaga. Menurut Emile Durkheim solidaritas sosial adalah suatu keadaan relasi antara individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dibuat bersama[9]. Durkheim membagi dua tipe solidaritas mekanis dan organis[10]. Masyarakat yang termasuk solidaritas mekanis yaitu adalah masyarakat yang satu padu karena seluruh orangnya adalah generalis. Sedangkan solidaritas organis yaitu bertahan bersama justru dengan perbedaan yang ada di dalamnya, dengan fakta bahwa semua orang memiliki pekerjaan dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Dalam hal ini komunitas yang terbentuk di 7-eleven ini merupakan bagian dari adanya solidaritas organis. Karena komunitas yang kekuatannya bersifat rendah serta masih bervolume kecil atau bagian dari kelompok. Lain halnya dengan solidaritas mekanis yang volumenya besar bahkan sampai seluruh masyarakat. Sehingga komunitas merak dapat terbentuk dengan adanya relasi antara individu atau kelompok yang didasarkan pada status dan kepercayaannya satu sama lain.
Simak wawancara yang penulis lakukan kepada pengunjung 7-eleven Tanjung Priok ini.
“saya sih biasanya sebelum ada sevel ini palingan sama temen-temen saya ke tempat makan kaki lima gitu kayak bakso pinggir jalan aja. Tapi sekarang semenjak ada sevel nongkrongnya disini deh sama temen-temen. Kalo di tempat makan dulu biasanya uang jajan saya paling abis 10 ribu lah, tp sekarang sih jadi abis 20 ribu lah hehe. Gapapadeh yang penting fasilitasnya disini enak bisa internetan gratis gitu, lagi pula disini makananya bisa kita bikin sendiri gitu sesuai selera kita deh kayak minuman slurpeenya aja bisa ngambil semana aja. Awalnya juga saya sih gak mau nongkrong disini terus tapi saya selalu diajak sahabat saya sih jadi ikutan aja deh disini. Tapi yang jelas dengan adanya sevel kita jadi lebih mudah kok buat ketemuannya dan ngerjain tugasnya gitu, soalnyakan ada internet gratis.”[11]Meydi, 16 tahun, pelajar SMA 18
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa 7-eleven dapat memberikan kenyamanan terhadap siapapun sehingga para pelajar tersebut dapat dengan mudah mendapatkan inspirasinya sehingga mereka dapat mengeksplorasi apapun dalam dirinya serta memberikan kreasi dalam memilih makanan atau mencampur makanan atau minuman mereka dengan sesuai selera mereka masing-masing. Begitupula dengan kehadiran dirinya di 7-eleven ini merupakan suatu fakta sosial. Fakta sosial menurut Durkheim adalah seluruh cara bertindak, baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan eksternal; atau bisa juga dikatakan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi individual[12]. Sama halnya realita yang dialami Meydi ini dia dipaksa oleh kesadaran kolektifnya terhadap temen-teman kelompoknya sehingga dia harus mengikuti aturan-aturan yang ada di kelompoknya. Jika Meydi tidak mengikuti teman kelompoknya maka Meydi akan mendapatkan ejekan ataupun pengusiran dari teman kelompoknya tersebut. Dari sini juga dapat terlihat dengan adanya 7-eleven sebagai ruang sosial yang baru para pelajar harus menyisihkan uangnya lebih banyak untuk memenuhi kebutuhannya yang lebih di 7-eleven tersebut.
Kedatangan 7-Eleven Membawa Dampak Kepada Para Pelajar
Nongkrong bareng bersama teman-teman kelompoknya lebih enak di tempat yang membuat diri kita merasa nyaman akan hal itu semua. Tentu saja 7-Eleven yang menjadikan tempatnya sebagai tempat untuk melakukan interaksi sosial yang paling nyaman kepada berbagai kelompoknya khususnya adalah pelajar remaja. Hingga kini gerai 7-Eleven sudah bermunculan di tempat-tempat yang ramai dan padat dengan para remaja yang berkumpul seperti mall, taman, dan lingkungan sekolah.
Apa yang didapat dari aktivitas nongkrong ini adalah sebuah citra atau kesan. Seperti halnya yang di katakan oleh Pool, modernisasi sangat luas artinya mencangkup proses memperoleh citra atau image baru seperti citra mengenai arah perubahan atau mengenai kemungkinan perkembangannya (Lauer, 1982)[13]. Dalam konteks saat ini, nongkrong akan memberikan kesan kosmopolit, modern dan global[14]. Dalam hal ini ada kaitannya para remaja yang sedang mencari eksistensi dirinya terhadap teman yang lainnya seakan memberikan kesan yang lebih modern dan global.  Menurut Weber, dia membedakan tindakan dengan perilaku yang murni reaktif[15]. Tindakan menurut Weber adalah yang jelas jelas melibatkan campur tangan dari proses pemikiran (dan tindakan bermakna yang ditimbulkan olehnya) antara terjadinya stimulus dengan respons. Seperti yang telihat pada realitanya bahwa mereka nongkrong tidak hanya sekedar nongkrong namun mereka menstimuluskan pemikiran mereka bahwa dengan nongkrong di 7-eleven dapat meningkatkan status ekonomi mereka serta menemukan kesistensi mereka.
Dari kehadiran 7-Eleven ini sangat mempengaruhi pelajar untuk zaman sekarangnya di antaranaya dari segi ekonomi yang dimana para pelajar ini menjadi lebih konsumtif dalam membelikan sesuaru barang. Contohnya pelajar yang ingin nongkrong di 7-Eleven harus membeli sesuatu barang/makanan yang dimana makanan atau miuman tersebut jauh lebih mahal dibandingkan warung atau tempat lain. Sederhannya pelajar tersebut bias saja membeli minuman di luar/di warung dengan harga yang murah dari pada harus ke 7-Eleven unutk hanya sekedar menunggu teman atau berkumpul bersama temannya. Begitu pula pelajar yang merubah sifatnya menjadi lebih prestise yang dimana pelajar ini tidak lagi melihat nilai guna dari suatu barang namun melihat keprestisan-nya serta status social yang diterima. Begitu pula adanya anggapan bahwa dengan nongkrong di 7-Eleven membuat status social individu akan di angkat derajatnya oleh teman-temannya.
Tidak hanya itu saja dampak yang dibawa oleh keadaan 7-Eleven itu sendiri namun juga dalam segi social 7-Eleven di jadikan sebagai ruang social terbaru bagi pelajar sehingga pelajar dapat melakukan interaksi sesama teman sebayanya menjadi lebih leluasa tanpa dibatasi oleh pengawasan sekolah. Terlebih lagi dengan adanya 7-Eleven membuat pelajar menggunakan 7-Eleven sebagai ruang social yang positf yaitu dengan menjadikan ruang social yang baru ini sebagai tempta untuk berkupul dan mengerjakan tugas bersama dengan memanfaatkan fasilitas yang ada semacam adanaya wifi.
Penutup
7-eleven identik dengan tempat berkumpulnya para pelajar yang sedang mencari eksistensi mereka. 7-eleven kini bukan lagi mini-market yang berfungsi sebagai tempat untuk berbelanja makanan siap saji akan tetapi di jadikan sebagai tempat untuk nongkrong bagi para kalangan remaja saat sekarang ini. Desain dari 7-eleven ini pun di bikin senyaman mungkin dengan diberikan berbagai fasilitas yang memudahkan kita (pelanggan) untuk berinteraksi dalam ruang sosial tersebut.
Dengan adanya ruang sosial baru bagi para pelajar yang membuat terbentuknya komunitas tersendiri memberikan dapak positif dan negatif secara laten. Dampak positif dari adanya 7-eleven ini yaitu membuat komunitas kecil dalam sebuah ruang sosial yang memiliki kenyamanan. Begitupula dengan ruang sosial yang berfungsi untuk tempat bertukar pikiran dan juga informasi yang terbaru sesama teman komunitasnya. Dengan adanya 7-eleven ini mereka dapat nongkrong bersama di 7-eleven serta membuat hubungan sesama temannya menjadi lebih intim dalam komunitasnya.

Tabel 2
Perbandingan Pola Gaya Hidup Pelajar
Struktur lama
Struktur Baru
Kondisi fisik : sebelumnya belum ada gerai-gerai toko makanan yang instan dan prestise di sekitar wilayah Tanjung Priok ini. Sepanjang jalan Bugis raya masih terdapatnya tempat-tempat hiburan malam
Gerai 7-eleven mendapatkan antuisme yang sangat besar dari para pelajar remaja di sekitar wilayah Tanjung Priok. Tempat hiburan malam semuanya berubah menjadi tempat makan Modern
Setelah pulang sekolah biasanya pelajar langsung pulang atau bermain ke rumah temannya. Bahkan ada yang lebih memilih ke warung makan di pinggir jalan seperti warung bakso dan yang lainnya
Setelah pulang sekolah para pelajar kini tidak langsung pulang melainkan gerai 7-eleven langsung di penuhi oleh pelajar di sekitarnya. Untuk mengisi waktu luang tersebut dengan menghabiskannya di gerai 7-eleven.
Sebelumnya pola konsumtif remaja saat itu belum terlihat, bahkan masih banyak yang mencari makan di warung-warung kecil atau pedagang kaki lima sebagai tempat untuk bertukar pikiran mereka serta belum mengganggap hal yang mewah
7-eleven di jadikan tempat untuk berkumpul bersama teman-temannya untuk bertukar informasi. Tidak hanya itu saja namun dari aktifitas kumpul bareng ini yang mereka dapat adalah sebuah citra dan kesan. Karena dengan citra dan kesan tersebut merupakan hal yang di anggap modern dan global atau hal yang mewah.
Pola konsumsi pelajar sebelum adanya 7-eleven belumlah meningkat melainkan masih bisa minyisakan uang jajannya untuk menabung. Karena di warung-warung kecil tidak perlu merogok kocek terlalu dalam.
Dengan adanya 7-eleven, kini pola konsumtif para pelajar sangatlah tinggi sehingga mereka harus mengeluarkan uangnya untuk kebutuhan di gerai 7-eleven tersebut.
Sumber : Ringkasan Penulis, Mei 2014
Pola konsumsi para pelajar ini merupakan sebuah perubahan sosial yang mementingkan eksistensi dan juga prestise sebagai sebuah gambaran mengenai gaya hidup pelajar remaja sekarang ini khususnya di kota-kota besar lainnya. Para pelajar kini tercermin dari tempat yang mereka tempati sebagai ajangnya berkumpul bersama temannya serta apa yang mereka konsumsi. Ini kemudian dapat di sebut sebagai konsumsi simbolik; barang-barang yang mereka konsumsi mempunyai nilai yang lebih tinggi sehingga menyimbolkan “siapa diri saya” dan “apa status soial saya”. Sehingga memunculkan konsumsi sebagai bagia dari gaya hidup pelajar masa kini yang di pengaruhi oleh globalisasi dan media masa. Selain itu pula kini 7-eleven mempunyai nilai yang lebih dibandingkan dengan tempat lain sehingga menjadi tempat nongkrong terbaik bagi para remaja.







Daftar Pustaka
Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Lawang, Robert M. Z. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia.
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2012. Teori Sosiologi. Bantul: Kreasi Wacana.
Scott, Jhon. 2012. Teori Sosial. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Lab.Sosiologi UNJ. Scripta Societa: Terbentuknya Komunitas Pelajar di 7-eleven (studi kasus: 7-eleven Ciledug). Jakarta. Jurusan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta.
Lab.Sosiologi UNJ. Scripta Societa: Di Bawah Secangkir Kopi: Starbucks Coffe Sebagai Arena Konsumsi Simbolik (Sebuah Studi Mengenai Pola Konsumsi Sebagai Gaya Hidup. Jakarta. Jurusan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta.
www.google.com
www.7elevenid.com




[1] 7-eleven dulunya pernah hadir di Indonesia pada tahun 1980-an, namun usianya tidak lama. Kemudian 7-eleven memasuki Indonesia kembali pada saat penjualan rol film untuk kamera analog mulai menurun hingga pada akhirnya adanya kerja sama yang di lakukan oleh Henri Honoris. Selengkapnya lihat di wbsite : www.7elevenid.com
[2] Pengamatan penulis yang memang sudah tinggal lama didaerah tersebut dan wawancara terhadap masyarakat sekitar.
[3] Nananng Martono, Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm.101.
[4] Seperti yang di jabarkan oleh Arief Rachman, Terbentuknya Komunitas Pelajar di 7-eleven, suatu studi kasus dalam Jurnal Scripta Societa (Dinamika Masyarakat Perkotaan), vol.6, Jakarta: Laboratorium Sosiologi UNJ, 2012, hal. 54
[5] Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm.5.
[6] Jhon Scott, Teori Sosial (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012), hlm. 322
[7] Faktor yang mendorong adanya pemanfaatan ruang sosial baru di jabarkan oleh Arief Rachman, Terbentuknya Komunitas Pelajar di 7-eleven, suatu studi kasus dalam Jurnal Scripta Societa (Dinamika Masyarakat Perkotaan), vol.6, Jakarta: Laboratorium Sosiologi UNJ, 2012, hal. 54
[8] Wawancara terhadap karyawan 7-eleven pada hari kamis, tanggal 22 Mei 2014, pukul 14:15
[9] Robert M. Z. Lawang, Teori Sosiologi Klasik dan Modern (Jakarta: PT Gramedia, 1986), hlm.181
[10] George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi (Bantul: Kreasi Wacana, 2012), hlm.90-91
[11] Wawancara kepada pelajar dilakukan di gerai 7-eleven pada hari kamis, tanggal 22 Mei 2014, pukul 13:20
[12] Kutipan Durkeheim yang menjelaskan bahwa Durkheim memberikan dua definisi untuk fakta sosial agar sosiologi bisa dibedakan dari psikologi, lihat George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi (Bantul: Kreasi Wacana, 2012), hlm.81.
[13] Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm.81-82.
[14]  Seperti yang dikatakan Aida Hanifa, Di Bawah Secangkir Kopi, suatu studi literatur dalam Jurnal Scripta Societa (Masyarakat di Simpang Jalan), vol.1, Jakarta: Laboratorium Sosiologi UNJ, 208, hal. 38.
[15] George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi (Bantul: Kreasi Wacana, 2012), hlm. 136.
7-Eleven Tanjung Priok Sebagai Perubahan Gaya Hidup Pelajar di Daerah Sekitar Tanjung Priok
(Studi kasus 7-Eleven Bugis, Tanjung Priok)
Pengantar
Penulis akan membahas suatau fenomena baru di daerah Bugis Raya, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dimana daerah tersebut terdapat perubahan terhadap kaum pelajar di daerah sekitar termasuk SD, SMP dan SMA/Sederajat. Daerah Bugis Raya ini mulai terdapat gerai 7-Eleven terbaru yang dimana pada saat launching pembukaannya sangat ramai di kunjungi oleh berbagai masyarakat termasuk para pelajar. Ketika munculnya gerai 7-eleven terbaru di daerah Bugis Raya membawa dampak perubahan yang terlihat pada kalangan pejar di daerah sekitar. Maka dari itu hal ini sangat menarik untuk di bahas dalam paper kali ini. 7-Eleven baru ini mulai hadir seiring dengan perkembangan ekonomi yang sangat pesat di Jakarta sehinga membawa dampak yang negatif maupun positif pada masyarakat sekitar khususnya adalah pelajar di daerah sekitar. Pola perubahan yang terjadi di daerah sekitar dan dinamika masyarakatnya yatu seperti pola perekonoman yang semakin ramai di daerah tersebut serta pola berinteraksi para pelajar daerah tersebut.
Sejak keberadaan 7-Elven antusias masyarakat untuk membeli makanan di sevel sangat meningkat apalagi para pelajar pada hari-hari biasa atau hari kerja dan bersekolah kebanyakan pelanggan sevel adalah palajar. Hal ini di karnakan lokasi dari 7-Eleven yang begitu dekat jaraknya dengan berbagai sekolah di daerah Bugis Raya, Tanjung Priok, Jakarta Utara begitu pula banyak sekali anggapan bahwa orang yang membeli makanan dari 7-Eleven adalah “Anak Gaul”.  7-Eleven dengan fasilitasnya sangat menarik para konsumen untuk brbelanja atau bertemu dengan rekan kerja dan kerabatnya di 7-Eleven. Fasilitas dari 7-Eleven di anataranya adalah tersedianya kursi dan meja di halaman serta di dalam 7-eleven itu sendiri, sehingga pengunjung dapat menunggu teman atau seseorang di 7-Eleven sambil makan atau minum. Begitu pula dengan adanya wifi internet gratis sehingga pembeli dapat menikmati internet dengan gratis dan berlama-lama untuk berada di 7-Eleven. Kemudian adanaya ruangan ber-AC atau tidak untuk pengunjung yang sedang merokok serta toilet. Tidak hanya fasilitasnya yang lengkap namun juga pelayanannya yang terbaik dan kesidiaan barang-barang makanan dan minuman yang lengkap membuat pengunjung sangat di manjakan sekali dengan faisilitas dan keberadaan 7-Eleven tersebut.
Di era modern sekarang ini yang mulai pesat dengan berbagai kegiatan pembelajaran sekolah tidak menyurutkan para remaja untuk menambah jarak keintiman dalam komunitasnya. Sehingga mereka akan terus membuat komunitasnya atau menambahkan komunitas mereka dengan menjadikan komunitas mereka sebagai agen atau ruang bersosialisasi sesama temannya. Begitupula komunitas yang terbentuk di 7-eleven ini menjadikan 7-eleven sebagai wadah untuk bereksistensi mereka di sosial.
Untuk memperdalam serta memberikan keyakinan pembaca maka dengan data yang akurat penulis juga tidak lupa melakukan pengamatan secara singkat dengan melakuakn pengamatan baik secara fisik maupun wawancara dengan para pengunjung maupun dengan pekerja di 7-eleven tersebut. Pengunjung sevel yang akan diwawancarai khususnya adalah pelajar remaja yang sedang berkumpul di  7-Eleven Tanjung Priok tersebut. Selain itu berbagai sumber dari internetpun didapatkan sebagai penjelas dari tulisan ini. Tidak hanya data itu saja namun ada foto dari penulis yang konkrit untuk menjelaskan kondisi 7-eleven Tanjung Priok ini.
Penulis membagi dalam beberapa tahapan yaitu terbagi menjadi 6 tahapan. Tahapan yang pertama adalah pengantar yang dimana didalamnya akan menjelaskan gambaran secara umum mengenai maksud dari tulisan ini agar dapat memahami lebih lanjutnya. Kedua yaitu pendeskripsian mengenai 7-eleven mulai dari sejarahnya masuk ke persaingan ekonomi di Indonesia serta perkembangan yang mulai pesat. Begitupula pendeskripsian lokasi 7-Eleven ini yang dimana lokasinya sangatlah strategis dan dilalui oleh berbagai pelajar sekolah mulai dari SD, SMP, SMA atau sederajat. Ketiga, pendeskripsian mengenai 7-eleven Tanjung Priok sendiri khususnya wilayah Bugis Raya, Swasembada, Kebon Bawang, Enim, dan warakas. Keempat, beberapa factor yang mempengaruhi pelajar untuk berkumpul di 7-Eleven. Menjadikan 7-eleven sebagai tempat untuk bereksistensi perkumpulannya dengan berbagai prestise serta perubahan pola konsumsi yang meningkat. Kelima mendeskripisikan bagaimana perubahan dari struktur social terkait dengan pola atau gaya hidup remaja dengan 7-eleven sebagai agen dari perubahan tersebut. Keenam, adalah penutup dari tulisan ini yang dimana di dalamnya akan berisikan tentang argument penulis sebagai kesimpulan dari perubahan social yang terjadi di sekitar wilayah 7-eleven Tanjung Priok.
Sejarah singkat 7-eleven
                7-eleven saat ini sedang menjadi salah satu tempat nogkrong tran di masa kini yang kebanyakan semua didominasi oleh para kaum pelajar remaja. 7-Eleven adalah jaringan ritel kelas dunia yang berasal dari Texas USA, berdiri sejak tahun 1927[1]. Saat ini  7-Eleven memiliki lebih dari 40.000 gerai di berbagai penjuru dunia dan akan terus bertambah. Jepang merupakan negara dengan jumlah gerai terbanyak, yaitu . Indonesia merupakan negara ke-18 yang dimasuki oleh 7-eleven, mulai masuk pada tahun 2009 dan dikelola oleh PT Modern Putra Indonesia melalui sistem waralaba. Ini adalah anak usaha Grup Modern International, yang juga pemilik lisensi Fuji Film. Hal ini karena usaha dari Henri Honoris selaku Presiden Direktur PT Modern Putra Indonesia. Henri berusaha dengan cara mengirim email mengenai permintaanya kepada pihak 7-eleven untuk membuka di Indonesia hingga pada akhirnya kurang lebih 6 tahun barulah persetujuan itu di terima oleh pihak 7-eleven.
Tahun 1991, Southland Corporation yang merupakan pemilik 7-Eleven, sebagian besar sahamnya dijual kepada perusahaan jaringan supermarket Jepang, Ito-Yokado. Southland Corporation lalu diubah namanya menjadi 7-Eleven, Inc pada tahun 1999. Tahun 2005, seluruh saham 7-Eleven, Inc diambil alih Seven & I Holdings Co. sehingga perusahaan ini dimiliki sepenuhnya oleh pihak Jepang. Jumlah gerai 7-Eleven di Jakarta sudah mencapai 182 gerai yang berada di lokasi strategis dan cocok sebagai tempat nongkrong. Gerai pertama 7-eleven adalah di wilayah Bulungan Jakarta Selatan yang merupakan salah satu pusat kegiatan dan nongkrong anak muda Jakarta. Segmen 7-Eleven memang anak muda dan eksekutif muda yang selalu membutuhkan tempat untuk kumpul dan makan.
Kehadiran 7-eleven memberikan warna tersendiri bagi perkembangan industri ritel di Indonesia serta semakin memperketat persaingan di bisnis ritel secara keseluruhan. Konsumen semakin memiliki banyak pilihan dalam berbelanja kebutuhannya, terutama kebutuhan untuk makanan cepat saji yang murah dan tempat untuk nongkrong dan ngumpul yang nyaman dengan lokasi strategis, ditambah dengan akses wi-fi yang cepat semakin menamban kenyamanan pengunjung yang kebanyakan ABG (anak SMA-kuliahan) serta eksekutif muda.
Popularitas 7-Eleven akan terus meningkat di dalam kurun waktu 10 tahun yang akan datang. Hal ini dikarenakan oleh sesuainya konsep toko dengan gaya hidup orang Indonesia, khususnya ibukota Jakarta. Range harga yang tidak terlalu mahal dan tempat yang nyaman menjadi alasan utama masyarakat memilih untuk nongkrong di 7-Eleven ketimbang di mall-mall ibukota. Suasana santai pun menjadi daya tarik tersendiri. Para pelanggan dapat datang dengan sendal jepit dan celana pendek, sementara di mall-mall ibukota orang kerap datang dengan dandanan yang rapih.
Deskripsi lokasi 7-eleven Bugis
7-eleven ini terletak di jalan Gadang I No 13A RT010/02, Kelurahan Sungai Bambu, kecamatan Tanjung Priok,Jakarta Utara. Untuk lebih jelasnya lagi perhatikan gambar peta sevel di bawah ini :
Gambar 1
Peta Lokasi Penelitian
sevel.JPG
petaasli.png







          Sumber : www.maps.google.com
Dari gambar di atas terlihat kestrategisan gerai 7-eleven Tanjung Priok ini. 7-eleven ini berdekatan dengan berbagai sekolah-sekolah mulai dari tingkatan SD, SMP, SMA atau sederajat. Di dearah sekitar terdapat beberapa sekolah dasar mulai dari SDN Kebon Bawang 06, SDN Gadang, SDS Hang Tuah 1, SDS Barunawati dan SDS Strada. Pada tingkat SMP ada beberapa sekolah yang berdekatan yaitu ada SMPN 95, SMPN 55, SMPN 30, SMP Yapenda, SMP Strada, SMP Barunawati, dan SMP Mutiara 1. Sedangkan pada tingkat SMA mulai dari SMA 18, SMA 13, SMK Yapenda, SMK 12, SMK Barunawati dan SMA Yapenda. Begitupula dengan mode transportasinya pun sangat mudah untuk melewati atau menuju ke 7-eleven tersebut. Jika berasal dari jalan bypass atau jalan raya besar, Swasembada dan daerah sekitarnya dapat di lalui dengan menaiki angkot M14 menuju ke terminal, begitu pula sebaliknya dari terminal ke jalan besar bypass. Sedangkan yang berasal dari daerah Warakas, Sungai Bambu, dan sekitarnya dapat di lalui dengan angkot 03A yang berasal dari warakas ke terminal dan bisa juga dengan angkot 02 menuju Ampera serta sebaliknya. Bagi semua para pengunung yang datang dari mana saja dengan mudah turun di depan 7-eleven tersebut karena semua angkot tersebut melewati depan 7-eleven Bugis Tanjung Priok tersebut. Semua angkot yang dilalui dapat dengan cepat menuju kearah 7-eleven tersebut hanya dengan waktu singkat kurang lebih 5-10 menit sudah dapat sampai ke 7-eleven tersebut.
Jadi dapat disimpulkan secara langsung penempatan dari 7-eleven ini sebenarnya di tujukan untuk kalangan remaja khususnya bagi para pelajar yang bertepatan di daerah sekitar tersebut. Serta banyaknya orang yang berlalu-lalang melewati 7-eleven ini sebagai jalur utama untuk masuk ke wilayah kecil seperti Warakas, Sungai Bambu, dan terminal Tanjung Priok. Sehingga lokasi 7-eleven ini sangat strategis dan sangat menguntungkan bagi pihak 7-eleven tersebut dan menarik antuasisme masyarakat sekitarnya. Begitupula gerai pertama yang buka di wilayah sekitaran Tanjung Priok Jakarta Utara.
Gambaran Struktur Sosial Lama dan Komunitas Pelajar
Pada tahun 2012-2013 disekitar gerai 7-eleven Tanjung Priok ini, pergerakan ekonominya yang masih belum terlihat. Bahkan sebelum tahun 2012-2013 terdapat beberapa cafe atau tempat hiburan malam seperti Labam-Ba, Toumotou, dan Pela-pela[2]. Bahkan bangunan yang di tempati 7-eleven sekarang ini adalah dulunya sebagai tempat hiburan malam yang bernama tumoutou. Namun setelah itu ada beberapa kegiatan ormas yang berlebelkan islam yang menutup paksa dari tem,pat hiburan malam tersebut. Pada akhirnya lahan tersebut di bongkar dan dijual kepada pihak 7-eleven tersebut. Kemudian setelah itu barulah 7-eleven dibangun dan dijadikan ruko makanan sekaligus tempat nongkrong pertama yang di baluti dengan prestise. Setelah 7 eleven di bangun kemudian bermunculan tempat makan yang identik dengan ke praktisannya
Tabel 1
Daftar Tabel toko yang baru buka setelah 7-eleven:
Nama Toko
Waktu pembukaan
7-eleven
Desember 2012
La’Roti (took kue)
Februari 2013
Ayam Gandasari
Juni 2013
Ayam Lepas
Oktober 2013
PHD (pizza hut)
Januari 2014
HolanBakery
April 2014
Sumber: penelitian penulis bulan mei-juni 2014
Dari data tersebut dapat terlihat dengan jelas dengan berdirinya gerai 7-eleven baru kini meningkatnya perekonomian dan pesat sehingga semakin merebaknya industri makanan di daerah sekitar. Selain 7-eleven menbah warna dan keramaian jajanan di sekitarv wilayah Tanjung Priok. Sehingga pola konsumsi masyarakat sekitar menambah dan mengalami peningkatan yang signifikan. Faktor ekonomi kapitalis juga menjadi salah satu factor pemicu mengapa banyaknya sekali tempat-tempat baru yang mulai dibuka dan disebut sebgai tempat nongkrong oleh kawula muda di Indonesia. Kapitalisme merupakan sebuah kekuatan besar yang muncul beriringan dengan globalisasi[3]. Sehingga perusahaan-perusahaan kapitalis yang sangat kuat, akan selalu berupaya untuk memperluas ekspansi pasar, bila tidak, perusahaan-perusahaan lambat laun akan mengalami gulung tikar. Terbukti dengan berkembangnya 7-eleven hingga kini mencapai kurang lebih 182 gerai yang tersebar di Jakarta.
Sehingga disini mereka para kaum kapitalis terus menyebarkan segala usahanya supaya memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Begitupula dengan faktor modernisasi yang begitu deras masuk dan mempengaruhi masyarakat Indonesia terutama anak muda yang menjadi salah satu faktor mengapa tempat seperti 7-eleven, begitu di gandrungi[4]. Kehidupan yang kebarat-baratan menjadikan sesuatu yang sangat bernilai bagi mereka yang melakukan serta memberkan identitas yang jelas bagi dirinya. Dengan berkembangnya industri makanan seperti itu membuat pengaruh bagi pola konsumsi masyarakat di sekitarnya, terlebih lagi bagi para pelajar sebagai sasarannya. Biasanya setelah pulang sekolah para pelajar langsung pulang ke rumah mereka masing-masing ada juga yang main ke rumah teman mereka atau berkumpul bersma di warung kopi atau makanan kaki lima. Tapi kini dengan kehadiran 7-eleven para pelajar di daerah sekitar beralih ke tempat makan yang lebih modern dan dilengkapi dengan berbagai kenyamanan  seperti fasilitas yang memuaskan untuk meluangkan waktu mereka.
Banyaknya pengunjung di 7-eleven ini dikarnakan kepraktisan dalam mengkonsumsi makanan yang ada di 7-eleven membuat pengunjung khususunya para remaja yang mulai sekarang pola gaya hidupnya yang serba instan seperti yang ada di luar negeri lainnya. Pada saat melihat 7-eleven ini akan ada nampak yang berbeda dari biasanya yaitu pola gaya hidup mereka atau remaja, yang biasanya hanya berkumpul di salah satu rumah mereka melakukan kegiatan kerja kelompok atau makan di warung-warung kecil yang berada di pinggiran jalan atau pedagang kaki lima sebagai ruang social lain mereka. Kini dengan kehadiran 7-eleven berubah dengan menjadikan 7-eleven sebagai ruang sosial yang baru dengan diberi kenyamanan serta kemudahan dalam mengakses internet secara gratis dan kepraktisan lainnya yang ada di dalamnya. Menurut Macionis, perubahan sosial merupakan transformasi dalam organisasi masyarakat dalam pola berpikir dan dan dalam berperilaku pada waktu tertentu[5].  Perubahan sosial yang terjadi di kota-kota besar saat sekarang ini mulai dari pola berpikir masyarakat yang menganggap bahwa 7-eleven adalah tempat nongkrong yang berkelas dan memiliki nilai lebih sebagai mengetahui status sosialnya.
Gerai 7-eleven di daerah Tanjung Priok sangat memberikan perbedaan yang sangat mencolok mulai dari segi fisik maupun non-fisik. Dari segi fisik 7-eleven tersebut yaitu dengan halaman yang cukup luas untuk lahan parkir dan tempat duduk yang di lengkapi dengan payung teduh dengan warna yang sangat mencolok berlogokan 7-eleven serta baliho besar yang dimana orang yang melewati jalan tersebut akan menarik perhatian dari para pengguna jalan sekitarnya. Papan iklan yang menggambarkan simbol yang sangat mencolok menjadiakan objek keinginan, dan komuditas-komuditas inilah yang ingin di dapatkan masyarakat menurut Baudrillard yang karyanya di tuangkan dalam aliran utama dari teori kritis dari Adorno dan habernas[6]. Sehingga semua hal tersebut menjadi daya tarik bagi pelanggan mereka yang melihat 7-eleven tersebut. 7-eleven ini tidak akan pernah habis pengunjung dan pembeli di malam haripun juga karena jam buka 7-eleven ini beroprasi selama 1X24 jam dalam seminggu sehingga ada saja pembeli yang mamapir walaupun hanya sekedar memebeli air putih sekalipun. Apalagi di hari-hari biasa seperti hari kerja pada siang hari biasanya di ramaikan oleh para pelajar yang berkumpul saat setelah pulang sekolah ataupun komunitas-komunitas kecil lainnya.
7-eleven hadir ditengah keramaian pelajar disekitar sangatlah tepat bagi pelajar seperti mereka karena berguna sebagai media ruang social yang baru sehingga membawa dampak social yang mencolok. Ada beberapa factor yang mendorong pemanfaatan ruang social baru ini[7]. Pertama, dengan adanya faktor modernisasi yang beriringan dengan proses westernisasi membuat para pelajar yang notabennya adalah anak muda yang sebagai aktor social yang sangat mudah terpengaruh dengan dua hal yang masuk dan mengikuti apa saja yang bersifat modern dan kebarat-baratan. Sehingga muncul kategorisasi dikalangan anak remaja yang terbagi menjadi dua yaitu “anak gaul” dan “anak cupu”. Mereka yang kurang up-todate dengan perkembangan sekarang ini. Kehadiran 7-eleven adalah salah satu indikator yang dijadikan ukuran anak gaul atau anak cupu. Dengan adanya indikator ini akhirnya menimbulkan konsep pada dari mereka bahwa dengan nongkrong di 7-eleven menjadi kebutuhan untuk identitas diri mereka sendiri atau komunitasnya.
Kebutuhan akan eksistensi tidak hanya masuk kedalam konsep individu namun berlanjut ke dalam konsep komunitas atau kelompok. Sama halnya dengan desain 7-eleven yang memang dirancang khusus untuk tempatnya berkumpul dan bukan tempatnya untuk berdiam diri seorang. Sehingga membuat sebagian besar adalah mereka yang berkelompok, terutama para pelajar.
7eleven+jkt.jpgGambar 2
Gerai 7-eleven Bugis, Tanjung Priok





Sumber : Dokumentasi Penulis, Mei 2014
Seperti yang sudah dijelaskan 7-eleven tidak akan pernah sepi pengunjung khusushya pada hari biasa atau hari kerja mulai dari hari senin-jum’at hingga dari pagi sampai malampun tidak pernah sepi pengunjung. Sepulang sekolah para pelajar kini mampir ke 7-eleven hanya untuk sekedar ngumpul bersama teman-temannya, serta bertukar pikiran ataupun informasi sambil menikmati pelayan 7-eleven yang telah diberikan. Pada hari-hari biasa pengunjung biasanya didominasi oleh kalangan pelajar dan sebagian pengunjung adalah masyarakat biasa.
Sedikit cuplikan dari wawancara penulis terhadap karyawan gerai 7-eleven tersebut yang sedang bekerja di hari minggu.
“biasanya yah kalo yang paling rame itu Cuma dihari senin-juma’at aja, mulai dari siang pas pulangnya jam sekolah pelajar samapi sore sekitar jam 5-an. Nah yang kebanyakan ngumpul disini sih biasanya ABG dari SMP sekitar sini sama SMA sini deh. Biasanya juga mereka gak Cuma sekedar ngumpul aja tapi juga mereka main kartu, internetan gratis, atau gak sambil makan cemilan aja biasanya. Terkadang disini itu dipakai sama orang-orang yang lagi nunggu temennya gitu.”[8]Adith, 23 tahun, Karyawan 7-eleven Bugis
Dari hasil wawancara di atas ditemukan fakta bahwa kehadiran komunitas di 7-eleven Priok ini berawal dari komunitas biasa di sekolah seperti teman bermain serta kumpul seperti biasa. Mereka semua adalah sekumpulan teman dekat yang memang sudah terbiasa melakukan aktivitas bersama-sama sehingga solidaritas mereka terjaga dengan baik. Solidaritas sosial mereka yang kuat membuat mereka semakin akrab dan terjaga. Menurut Emile Durkheim solidaritas sosial adalah suatu keadaan relasi antara individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dibuat bersama[9]. Durkheim membagi dua tipe solidaritas mekanis dan organis[10]. Masyarakat yang termasuk solidaritas mekanis yaitu adalah masyarakat yang satu padu karena seluruh orangnya adalah generalis. Sedangkan solidaritas organis yaitu bertahan bersama justru dengan perbedaan yang ada di dalamnya, dengan fakta bahwa semua orang memiliki pekerjaan dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Dalam hal ini komunitas yang terbentuk di 7-eleven ini merupakan bagian dari adanya solidaritas organis. Karena komunitas yang kekuatannya bersifat rendah serta masih bervolume kecil atau bagian dari kelompok. Lain halnya dengan solidaritas mekanis yang volumenya besar bahkan sampai seluruh masyarakat. Sehingga komunitas merak dapat terbentuk dengan adanya relasi antara individu atau kelompok yang didasarkan pada status dan kepercayaannya satu sama lain.
Simak wawancara yang penulis lakukan kepada pengunjung 7-eleven Tanjung Priok ini.
“saya sih biasanya sebelum ada sevel ini palingan sama temen-temen saya ke tempat makan kaki lima gitu kayak bakso pinggir jalan aja. Tapi sekarang semenjak ada sevel nongkrongnya disini deh sama temen-temen. Kalo di tempat makan dulu biasanya uang jajan saya paling abis 10 ribu lah, tp sekarang sih jadi abis 20 ribu lah hehe. Gapapadeh yang penting fasilitasnya disini enak bisa internetan gratis gitu, lagi pula disini makananya bisa kita bikin sendiri gitu sesuai selera kita deh kayak minuman slurpeenya aja bisa ngambil semana aja. Awalnya juga saya sih gak mau nongkrong disini terus tapi saya selalu diajak sahabat saya sih jadi ikutan aja deh disini. Tapi yang jelas dengan adanya sevel kita jadi lebih mudah kok buat ketemuannya dan ngerjain tugasnya gitu, soalnyakan ada internet gratis.”[11]Meydi, 16 tahun, pelajar SMA 18
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa 7-eleven dapat memberikan kenyamanan terhadap siapapun sehingga para pelajar tersebut dapat dengan mudah mendapatkan inspirasinya sehingga mereka dapat mengeksplorasi apapun dalam dirinya serta memberikan kreasi dalam memilih makanan atau mencampur makanan atau minuman mereka dengan sesuai selera mereka masing-masing. Begitupula dengan kehadiran dirinya di 7-eleven ini merupakan suatu fakta sosial. Fakta sosial menurut Durkheim adalah seluruh cara bertindak, baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan eksternal; atau bisa juga dikatakan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi individual[12]. Sama halnya realita yang dialami Meydi ini dia dipaksa oleh kesadaran kolektifnya terhadap temen-teman kelompoknya sehingga dia harus mengikuti aturan-aturan yang ada di kelompoknya. Jika Meydi tidak mengikuti teman kelompoknya maka Meydi akan mendapatkan ejekan ataupun pengusiran dari teman kelompoknya tersebut. Dari sini juga dapat terlihat dengan adanya 7-eleven sebagai ruang sosial yang baru para pelajar harus menyisihkan uangnya lebih banyak untuk memenuhi kebutuhannya yang lebih di 7-eleven tersebut.
Kedatangan 7-Eleven Membawa Dampak Kepada Para Pelajar
Nongkrong bareng bersama teman-teman kelompoknya lebih enak di tempat yang membuat diri kita merasa nyaman akan hal itu semua. Tentu saja 7-Eleven yang menjadikan tempatnya sebagai tempat untuk melakukan interaksi sosial yang paling nyaman kepada berbagai kelompoknya khususnya adalah pelajar remaja. Hingga kini gerai 7-Eleven sudah bermunculan di tempat-tempat yang ramai dan padat dengan para remaja yang berkumpul seperti mall, taman, dan lingkungan sekolah.
Apa yang didapat dari aktivitas nongkrong ini adalah sebuah citra atau kesan. Seperti halnya yang di katakan oleh Pool, modernisasi sangat luas artinya mencangkup proses memperoleh citra atau image baru seperti citra mengenai arah perubahan atau mengenai kemungkinan perkembangannya (Lauer, 1982)[13]. Dalam konteks saat ini, nongkrong akan memberikan kesan kosmopolit, modern dan global[14]. Dalam hal ini ada kaitannya para remaja yang sedang mencari eksistensi dirinya terhadap teman yang lainnya seakan memberikan kesan yang lebih modern dan global.  Menurut Weber, dia membedakan tindakan dengan perilaku yang murni reaktif[15]. Tindakan menurut Weber adalah yang jelas jelas melibatkan campur tangan dari proses pemikiran (dan tindakan bermakna yang ditimbulkan olehnya) antara terjadinya stimulus dengan respons. Seperti yang telihat pada realitanya bahwa mereka nongkrong tidak hanya sekedar nongkrong namun mereka menstimuluskan pemikiran mereka bahwa dengan nongkrong di 7-eleven dapat meningkatkan status ekonomi mereka serta menemukan kesistensi mereka.
Dari kehadiran 7-Eleven ini sangat mempengaruhi pelajar untuk zaman sekarangnya di antaranaya dari segi ekonomi yang dimana para pelajar ini menjadi lebih konsumtif dalam membelikan sesuaru barang. Contohnya pelajar yang ingin nongkrong di 7-Eleven harus membeli sesuatu barang/makanan yang dimana makanan atau miuman tersebut jauh lebih mahal dibandingkan warung atau tempat lain. Sederhannya pelajar tersebut bias saja membeli minuman di luar/di warung dengan harga yang murah dari pada harus ke 7-Eleven unutk hanya sekedar menunggu teman atau berkumpul bersama temannya. Begitu pula pelajar yang merubah sifatnya menjadi lebih prestise yang dimana pelajar ini tidak lagi melihat nilai guna dari suatu barang namun melihat keprestisan-nya serta status social yang diterima. Begitu pula adanya anggapan bahwa dengan nongkrong di 7-Eleven membuat status social individu akan di angkat derajatnya oleh teman-temannya.
Tidak hanya itu saja dampak yang dibawa oleh keadaan 7-Eleven itu sendiri namun juga dalam segi social 7-Eleven di jadikan sebagai ruang social terbaru bagi pelajar sehingga pelajar dapat melakukan interaksi sesama teman sebayanya menjadi lebih leluasa tanpa dibatasi oleh pengawasan sekolah. Terlebih lagi dengan adanya 7-Eleven membuat pelajar menggunakan 7-Eleven sebagai ruang social yang positf yaitu dengan menjadikan ruang social yang baru ini sebagai tempta untuk berkupul dan mengerjakan tugas bersama dengan memanfaatkan fasilitas yang ada semacam adanaya wifi.
Penutup
7-eleven identik dengan tempat berkumpulnya para pelajar yang sedang mencari eksistensi mereka. 7-eleven kini bukan lagi mini-market yang berfungsi sebagai tempat untuk berbelanja makanan siap saji akan tetapi di jadikan sebagai tempat untuk nongkrong bagi para kalangan remaja saat sekarang ini. Desain dari 7-eleven ini pun di bikin senyaman mungkin dengan diberikan berbagai fasilitas yang memudahkan kita (pelanggan) untuk berinteraksi dalam ruang sosial tersebut.
Dengan adanya ruang sosial baru bagi para pelajar yang membuat terbentuknya komunitas tersendiri memberikan dapak positif dan negatif secara laten. Dampak positif dari adanya 7-eleven ini yaitu membuat komunitas kecil dalam sebuah ruang sosial yang memiliki kenyamanan. Begitupula dengan ruang sosial yang berfungsi untuk tempat bertukar pikiran dan juga informasi yang terbaru sesama teman komunitasnya. Dengan adanya 7-eleven ini mereka dapat nongkrong bersama di 7-eleven serta membuat hubungan sesama temannya menjadi lebih intim dalam komunitasnya.

Tabel 2
Perbandingan Pola Gaya Hidup Pelajar
Struktur lama
Struktur Baru
Kondisi fisik : sebelumnya belum ada gerai-gerai toko makanan yang instan dan prestise di sekitar wilayah Tanjung Priok ini. Sepanjang jalan Bugis raya masih terdapatnya tempat-tempat hiburan malam
Gerai 7-eleven mendapatkan antuisme yang sangat besar dari para pelajar remaja di sekitar wilayah Tanjung Priok. Tempat hiburan malam semuanya berubah menjadi tempat makan Modern
Setelah pulang sekolah biasanya pelajar langsung pulang atau bermain ke rumah temannya. Bahkan ada yang lebih memilih ke warung makan di pinggir jalan seperti warung bakso dan yang lainnya
Setelah pulang sekolah para pelajar kini tidak langsung pulang melainkan gerai 7-eleven langsung di penuhi oleh pelajar di sekitarnya. Untuk mengisi waktu luang tersebut dengan menghabiskannya di gerai 7-eleven.
Sebelumnya pola konsumtif remaja saat itu belum terlihat, bahkan masih banyak yang mencari makan di warung-warung kecil atau pedagang kaki lima sebagai tempat untuk bertukar pikiran mereka serta belum mengganggap hal yang mewah
7-eleven di jadikan tempat untuk berkumpul bersama teman-temannya untuk bertukar informasi. Tidak hanya itu saja namun dari aktifitas kumpul bareng ini yang mereka dapat adalah sebuah citra dan kesan. Karena dengan citra dan kesan tersebut merupakan hal yang di anggap modern dan global atau hal yang mewah.
Pola konsumsi pelajar sebelum adanya 7-eleven belumlah meningkat melainkan masih bisa minyisakan uang jajannya untuk menabung. Karena di warung-warung kecil tidak perlu merogok kocek terlalu dalam.
Dengan adanya 7-eleven, kini pola konsumtif para pelajar sangatlah tinggi sehingga mereka harus mengeluarkan uangnya untuk kebutuhan di gerai 7-eleven tersebut.
Sumber : Ringkasan Penulis, Mei 2014
Pola konsumsi para pelajar ini merupakan sebuah perubahan sosial yang mementingkan eksistensi dan juga prestise sebagai sebuah gambaran mengenai gaya hidup pelajar remaja sekarang ini khususnya di kota-kota besar lainnya. Para pelajar kini tercermin dari tempat yang mereka tempati sebagai ajangnya berkumpul bersama temannya serta apa yang mereka konsumsi. Ini kemudian dapat di sebut sebagai konsumsi simbolik; barang-barang yang mereka konsumsi mempunyai nilai yang lebih tinggi sehingga menyimbolkan “siapa diri saya” dan “apa status soial saya”. Sehingga memunculkan konsumsi sebagai bagia dari gaya hidup pelajar masa kini yang di pengaruhi oleh globalisasi dan media masa. Selain itu pula kini 7-eleven mempunyai nilai yang lebih dibandingkan dengan tempat lain sehingga menjadi tempat nongkrong terbaik bagi para remaja.







Daftar Pustaka
Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Lawang, Robert M. Z. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia.
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2012. Teori Sosiologi. Bantul: Kreasi Wacana.
Scott, Jhon. 2012. Teori Sosial. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Lab.Sosiologi UNJ. Scripta Societa: Terbentuknya Komunitas Pelajar di 7-eleven (studi kasus: 7-eleven Ciledug). Jakarta. Jurusan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta.
Lab.Sosiologi UNJ. Scripta Societa: Di Bawah Secangkir Kopi: Starbucks Coffe Sebagai Arena Konsumsi Simbolik (Sebuah Studi Mengenai Pola Konsumsi Sebagai Gaya Hidup. Jakarta. Jurusan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta.
www.google.com
www.7elevenid.com




[1] 7-eleven dulunya pernah hadir di Indonesia pada tahun 1980-an, namun usianya tidak lama. Kemudian 7-eleven memasuki Indonesia kembali pada saat penjualan rol film untuk kamera analog mulai menurun hingga pada akhirnya adanya kerja sama yang di lakukan oleh Henri Honoris. Selengkapnya lihat di wbsite : www.7elevenid.com
[2] Pengamatan penulis yang memang sudah tinggal lama didaerah tersebut dan wawancara terhadap masyarakat sekitar.
[3] Nananng Martono, Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm.101.
[4] Seperti yang di jabarkan oleh Arief Rachman, Terbentuknya Komunitas Pelajar di 7-eleven, suatu studi kasus dalam Jurnal Scripta Societa (Dinamika Masyarakat Perkotaan), vol.6, Jakarta: Laboratorium Sosiologi UNJ, 2012, hal. 54
[5] Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm.5.
[6] Jhon Scott, Teori Sosial (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012), hlm. 322
[7] Faktor yang mendorong adanya pemanfaatan ruang sosial baru di jabarkan oleh Arief Rachman, Terbentuknya Komunitas Pelajar di 7-eleven, suatu studi kasus dalam Jurnal Scripta Societa (Dinamika Masyarakat Perkotaan), vol.6, Jakarta: Laboratorium Sosiologi UNJ, 2012, hal. 54
[8] Wawancara terhadap karyawan 7-eleven pada hari kamis, tanggal 22 Mei 2014, pukul 14:15
[9] Robert M. Z. Lawang, Teori Sosiologi Klasik dan Modern (Jakarta: PT Gramedia, 1986), hlm.181
[10] George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi (Bantul: Kreasi Wacana, 2012), hlm.90-91
[11] Wawancara kepada pelajar dilakukan di gerai 7-eleven pada hari kamis, tanggal 22 Mei 2014, pukul 13:20
[12] Kutipan Durkeheim yang menjelaskan bahwa Durkheim memberikan dua definisi untuk fakta sosial agar sosiologi bisa dibedakan dari psikologi, lihat George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi (Bantul: Kreasi Wacana, 2012), hlm.81.
[13] Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm.81-82.
[14]  Seperti yang dikatakan Aida Hanifa, Di Bawah Secangkir Kopi, suatu studi literatur dalam Jurnal Scripta Societa (Masyarakat di Simpang Jalan), vol.1, Jakarta: Laboratorium Sosiologi UNJ, 208, hal. 38.
[15] George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi (Bantul: Kreasi Wacana, 2012), hlm. 136.